Sejarah Pabrik Gula Sidoarjo, Industri Semakin Berkembang-Prostitusi Menjamur
19 May 2023 18:53 PM
Sejarah panjang berdirinya pabrik gula di Kabupaten Sidoarjo menjadi cerita bagi masyarakat. Selain tercatat sebagai sisa-sisa peninggalan bersejarah, ternyata pabrik gula menyimpan banyak hal menarik di dalamnya.
Pabrik gula di Sidoarjo pertama kali didirikan sekitar tahun 1.832. Pabrik gula tersebut bernama PG Candi yang hingga kini masih aktif dan eksis bergerak di bidang agro industri tebu.
Menurut salah satu pemerhati sejarah di Sidoarjo, Sudi Harjanto mengungkapkan, perkembangan industri gula yang gencar kala itu, membuat Belanda secara berkala membangun pabrik-pabrik gula di seluruh penjuru Kota Delta.
“Ada sekitar 15 titik pabrik gula yang tersebar hampir di setiap kecamatan yang ada di Sidoarjo. Di antaranya adalah di Tulangan, Krembung, Prambon, Porong, Candi, Sidoarjo, Buduran, Krian, Taman, Waru, Gedangan, Tanggulangin, Wonoayu, Krian, dan Balongbendo,” ujarnya.
Industrilisasi pabrik gula di Sidoarjo berkembang sangat pesat di zamannya. Belanda saat itu sukses menggandeng para penguasa lokal setingkat kecamatan hingga kabupaten di Sidoarjo untuk membuat produksi dan pengiriman gula hingga ke mancanegara yang dikirim melalui kereta. Tujuannya pelabuhan yang ada di Kota Surabaya.
Menurutnya, berkembangnya pabrik gula sebagai raja industri di Sidoarjo saat itu juga dibarengi dengan menjamurnya tempat-tempat prostitusi kelas bawah hingga menengah di kawasan pabrik.
“Mangkanya itu, istilah ‘Ada Gula, Ada Selimut’ lebih untuk menggambarkan kondisi saat itu. Menjamurnya dunia pelacuran saat itu juga berkembang. Perpelacuran untuk kelas menengah saat itu bernama sociates. Di sana rata-rata pasarnya para pekerja dari Belanda. Nah untuk pekerja kelas bawah, rata-rata ada disamping-samping sekitarnya. Semua PSK-nya juga dari lokal,” paparnya.
Ketua Komunitas Sidoarjo Masa Kuno itu juga menegaskan, setiap ada pabrik gula di suatu daerah, maka disitu juga ada tempat prostitusi baik untuk kalangan menengah hingga kelas bawah.
“Setiap pabrik gula yang berdiri, maka dipastikan ada praktik prostitusi di sekitarnya. Artinya dulu di Sidoarjo itu ada 15 titik tempat prostitusi atau yang sekarang dikenal dengan lokalisasi,” imbuh pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah itu.
Sudi menjelaskan, hubungan antara industri pabrik gula dan berdirinya tempat prostitusi tidak bisa dilepaskan. Beberapa data mengungkap bahwa para pekerja dari Belanda saat itu banyak yang tertarik kepada para pekerja seks komersial lokal karena mereka selama diberangkatkan di Indonesia tidak boleh membawa istri dan keluarganya.
Semakin berkembangnya waktu, titik-titik prostitusi yang semula dekat dengan kawasan pabrik gula, kini mulai hilang seiring karena bangkrut dan tidak beroperasinya pabrik gula sebagai penyangga industri.
Sudi menambahkan, buyarnya tempat prostitusi di Sidoarjo saat itu salah satunya adalah adanya faktor Pondok Pesantren yang juga mulai berdiri.
“Jadi eranya itu ‘ada gula, ada selimut baru ada pesantren’. Pesantren menjadi salah satu yang menekan prostitusi di setiap kawasan pabrik gula. Selain itu, gerakan perlawanan para pekerja, santri dan masyarakat kelas bawah pada Belanda juga menjadi satu faktor bangkrut dan meredupnya dominasi Belanda sebagai penjajah kala itu,” terangnya.
Menurut Sudi, hingga saat ini satu-satunya pabrik gula yang masih aktif dan eksis ada di Candi.
Sumber :
https://radarsidoarjo.jawapos.com/features/19/05/2023/sejarah-pabrik-gula-sidoarjo-industri-semakin-berkembang-prostitusi-menjamur/
No comments:
Post a Comment