Tuesday, August 11, 2015

Gitar Terbaik di Dunia dari Sidoarjo

GITAR TERBAIK DUNIA 2012 TERNYATA DARI SIDOARJO

Tidak tanggung-tanggung, tiga tipe produk Rick Hanes menggondol predikat gitar terbaik. Secara berurutan, tiga peringkat teratas diduduki gitar Rick Hanes tipe Chris Bickley DR Pro, Rick Hanes Avenix, dan Rick Hanes DR Medium. Selain itu, tipe Chris Bickley DR Pro menyabet penghargaan untuk kategori Artist Signature Guitar of The Year.

Tentu saja pemilik Rick Hanes, Doddy Hernanto, bangga. Alat musik petik keluaran Doddy dianggap lebih hebat di antara 362 gitar dari 52 merek yang diseleksi Guitar Planet. Merek-merek yang dikalahkan Rick Hanes pun adalah gitar papan atas seperti Fender, Ibanez, Yamaha, dan Gibson.

"Gitar buatan kita ini diakui di dunia. Kita patut bangga, karena berhasil membawa dan mengangkat nama bangsa,” kata pria yang akrab disapa Mr. D tersebut.

Rick Hanes mulai memproduksi gitar-gitar juara sejak akhir 2010. Sedikitnya 50 karyawan terlibat dalam produksi tersebut. Nama Rick Hanes diambil dari penggalan nama anak Tommy Kaihatu, Patrick Hanes. Tommy yang juga pemilik Rick Hanes adalah adik kandung Mr. D.

Untuk menjaga kualitas alat musik petik tersebut, Mr D dan Tommy membatasi produksi. Meski permintaan deras mengalir, Rick Hanes hanya memproduksi 25 unit per bulan. Kayu yang diambil pun tidak boleh sembarangan.

Menurut Mr D, kayu yang dijadikan bahan baku Rick Hanes antara lain maple, mahogany, dan rosewood yang hanya tumbuh di Amerika Serikat dan Eropa. "Membuat gitar itu lebih menggunakan rasa. Kami tidak mau asal-asalan," kata pria berusia 52 tahun tersebut.

Tak perlu lagi meragukan kualitas produk asli Indonesia. Karena kini, dunia sudah mengakuinya.


Sumber :
http://www.cheersbanggaindonesia.com/gitar-terbaik-dunia-2012-ternyata-dari?utm_source=facebookads&utm_medium=multipleads&utm_content=gitarterbaik&utm_campaign=cheersindo

Sunday, August 2, 2015

Polemik PKL Taman Pinang Sidoarjo

Mei 2015
Ini Alasan Warga Suka Belanja di PKL Taman Pinang Sidoarjo

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang jalan Perumahan Pinang mengundang polemik. Di satu sisi, keberadaan PKL ini membuat kawasan elit itu macet dan kotor. Di sisi lain, PKL ini menjadi favorit warga Sidoarjo berbelanja murah sekaligus hiburan rakyat.

SURYA.co.id mewawancarai seorang pengunjung bernama Hadi Pramono. Warga Tulangan itu mengaku rutin datang setiap minggu ke kawasan Taman Pinang. Menurutnya, ratusan PKL di sana membantu masyarakat kecil sepertinya mendapatkan barang berkualitas dengan harga murah.

"Pakaian impor di sini berkisar antara Rp 35.000 sampai Rp 80.000. Ya cukup murah dan sesuai kantong masyarakat bawah seperti saya. Meski murah, barangnya bagus mirip-mirip yang di mal," ujar pria 45 tahun itu, Minggu (17/5/2015).

Hadi selalu mengajak keluarganya bila berkunjung ke Taman Pinang. Bukan hanya Hadi, pengunjung lain, Ainun Najibah, mengaku senang berbelanja di PKL Taman Pinang. Menurut remaja 17 tahun itu, dia datang ke Taman Pinang sekedar untuk cuci mata. Biasanya dia datang setelah olah raga pagi di area GOR Sidoarjo.

"Asiyk suasananya. Bisa cuci mata lihat-lihat barang yang dijual. Ada hijab modern, hiasan dinding sampai kalau lapar ada banyak jajanan murah. Ya seperti ini," ujar Ainun sembari menjunjukkan cilok, kudapan tepung mirip bakso.

Diberitakan sebelumnya ratusan pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jalan Perumahan Taman Pinang tetap berjualan. Mereka menggelar dagangan menggunakan mobil meski ada penolakan dari warga perumahan yang merasa terganggu.


http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/17/ini-alasan-warga-suka-belanja-di-pkl-taman-pinang-sidoarjo

Hari Libur, PKL Padati Kawasan Perumahan Taman Pinang Sidoarjo

Ratusan pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jalan Perumahan Taman Pinang tetap berjualan.Pantauan SURYA.co.id, Minggu (17/5/2015), mereka menggelar dagangan menggunakan mobil meski ada penolakan dari warga perumahan yang merasa terganggu.

Seperti hari libur sebelumnya, para PKL ini memadati pinggir jalan di perumahan elit tersebut.
Mereka menggantung dagangan di mobil dan di sekitarnya. Kondisi lalu lintas di kawasan ini memang padat karena pengendara jalan memarkir kendaraan sembarangan.

Sebelumnya, perwakilan warga perumahan khususnya RT 38 menolak keberadaan PKL.
Selain mengubah fungsi fasilitas umum, warga di sana terganggu karena kemacetan di akses keluar masuk perumahan.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/17/hari-libur-pkl-padati-kawasan-perumahan-taman-pinang-sidoarjo


DPRD Sidoarjo Usul Taman Pinang Car Free Day

Rapat dengan pendapat antara pedagang kaki lima (PKL) bermobil Taman Pinang dan DPRD Sidoarjo, Rabu (27/5), tidak membuahkan keputusan apapun.Namun, wakil rakyat berjanji akan memberikan solusi terbaik bagi PKL. Rencananya, Kamis (28/5/2015), dewan akan memanggil warga Perumahan Taman Pinang Indah (TPI).

“Kami akan mengundang warga perumahan, mulai dari yang mengklaim sebagai paguyuban warga sampai perangkat pemerintahan teredah di sana seperti RT dan RW. Kami ingin mendapatkan informasi dari semua pihak yang berkaitan dengan masalah ini," ujar Ketua DPRD Sullamul Hadi Nurmawan.

Setelah mendengar pendapat dari warga, DPRD akan memanggil pihak Satpol PP dan dinas lain yang terkait. Dalam hearing tadi, ada banyak usulan menarik untuk menjaga eksistensi PKL bermobil ini.
Wawan, panggilan Sullamul, menilai Sidoarjo membutuhkan sentra PKL yang spesifik dan PKL bermobil ini bisa jadi contoh.

“Kita tidak punya PKL yang spesifik. Surabaya saja punya. Masalahnya memang tinggal bagaimana kita mengatur ini agar tidak terjadi gesekan. Misalnya masalah penempatan dan kebijaksaan lain yang memenuhi unsur win win solution,” ujar politisi muda asal PKB itu.

Ketua Komisi A, Wishnu Pradana, mengusulkan, kawasan Taman Pinang dijadikan titik car free day setiap hari minggu dan hari besar lainnya. Usulan ini bisa mengurangi karut marut kawasan tersebut. Bila kawasan itu bebas dari kendaraan, maka tidak akan ada kemacetan di saat PKL menggelar dagangan di sana.

”Usul saya ada car free day. Tapi harus ada solusi yang berkaitan dengan parkir dan akses warga perumahan di sana. Namun, tentu saja usulan ini harus dibahas dengan melibatkan semua yang berkepentingan. Di satu sisi PKL ini kan penggerak roda ekonomi rakyat. Di sisi lain, kita juga tidak bisa abai hak warga,” kata politisi PDIP itu.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/27/dprd-sidoarjo-usul-taman-pinang-car-free-day


Parkir Truk Melintang, Satpol PP Bantah Blokade Taman Pinang Indah

Keberadaan Satpol PP dalam polemik antara warga dan pedagang kaki lima (PKL) Perumahan Taman Pinang (TPI) dipertanyakan perwakilan PKL.Pasalnya, objek jalan yang diributkan warga dan pedagang statusnya diklaim warga sebagai fasilitas umum (fasum).

"Apa urgensinya satpol larang kami jualan? Satpol itu kan ngurusi perda. Lha kalah jalan ini diklaim warga masih fasum, satpol tidak berhak larang kami jualan. Apalagi memblokade jalan," ujar Eka Wulandhari, koordinator pedagang, Minggu (31/5/2015).

Kasatpol PP Mulyawan membantah memblokade akses keluar masuk Perumahan TPI.
Menurutnya, wargalah yang memblokade jalan. Dia hanya mengamankan dari luar saja.

"Itu karena aspirasi warga. Kami hanya ingin mengembalikan fungsi jalan" ujarnya usai mediasi uang berakhir deadlock.

Namun, apa yang diucapkan Mulyawan berbeda di lapangan. Sejak minggu lalu, ratusan anggota satpol PP terlibat langsung dalam pembubaran PKL.

Truk mereka diparkir melintang di akses keluar masuk utama perumahan elit itu.
Blokade akses ini juga terjadi pada hari ini. Truk milik satpol PP diletakkan melintang hingga menutupi lebih dari separuh ruas jalan.

Hanya saja, minggu ini petugas satpol PP lebih longgar. Minggu lalu satpol PP menyeleksi pengendara jalan yang hendak masuk perumahan.

"Seharusnya, satpam perumahan yang melarang kami. Bukan satpol PP. Satpol PP itu kan alat negara bukan alat perumahan. Jelas-jelas warga mengklaim lahan itu fasum mereka kok Satpol PP yang turun tangan" keluh Eka Wulandhari.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/31/parkir-truk-melintang-satpol-pp-bantah-blokade-taman-pinang-indah



Juni 2015
PKL Taman Pinang Demo DPRD Sidoarjo

Puluhan perwakilan pedagang kaki lima (PKL) Perumahan Taman Pinang Indah (TPI) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Sidoarjo, Senin (1/6/2015).Mereka menggelar poster bertuliskan penolakan penertiban terhadap PKL bermobil di TPI.

Aksi ini merupakan bentuk dukungan bagi perwakilan mereka yang ikut hearing dengan warga TPI, Satpol PP dan pimpinan DPRD.

"Kami ingin menyampaikan ke wakil rakyat bahwa kami juga memiliki hak untuk mendapatkan penghidupan," kata koordinator aksi, Eka Wulandhari.

Dia berharap hearing ini membuahkan hasil baik buat para PKL. Apalagi, beberapa anggota DPRD sempat mencetuskan ide tentang car free day di TPI untuk mengakomodir holiday street show. "Kami masih yakin wakil rakyat ini konsisten memberikan solusi," katanya.

Eka menuding Satpol PP tebang pilih dalam melakukan penertiban. Mereka menganggap, penertiban di kawasan tersebut hanya mengincar dagangan mereka saja.

"Kalau mau adil dan menerapkan perda seperti kata Satpol PP, itu PKL di kawasan (Perumahan) Gading Fajar yang buka dari pagi sampai malam tidak pernah disentuh. Selama ini hanya kami yang ditertibkan," keluhnya.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/06/01/pkl-taman-pinang-demo-dprd-sidoarjo


Hari Ini, "'Vonis" PKL Bermobil Taman Pinang Sidoarjo Diputuskan

Polemik antara pedagang kaki lima (PKL) dan warga Taman Pinang Indah (TPI) bakal diputuskan Kamis (4/6/2015).Difasilitasi Ketua DPRD Sidoarjo, Sullamul Hadi Nurmawan, 'vonis' nasib pedagang bermobil ini digedok siang ini.

Dalam hearing, hadir sejumlah pejabat terkait dari Polres Sidoarjo, Satpol PP, Ketua Komisi C Nur Ahmad Syaifudin, Asisten III Handayani dan Kepala Dinas Koperasi, UMK, Perdagangan dan ESDM Fenny Apridawati.

"Kami ingin masalah ini selesai hari ini. Solusi harus menguntungkan warga dan pedagang. Sementara pedagang bisa berjualan di Jalan Ponti sembari menunggu tempat dari pemkab. Saya ingin PKL ini jadi proyek percontohan," kata Sullamul.

Diberitakan sebelumnya, polemik ini mencuat ketika warga TPI menolak keberadaan PKL bermobil.
Warga mengklaim, jalan yang dipakai pedagang adalah fasilitas umum perumahan.
Meski begitu, klaim itu dipertanyakan karena sejak 2008 pemkab sudah menangani jalan itu menggunakan APBD.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/06/04/hari-ini-vonis-pkl-bermobil-taman-pinang-sidoarjo-diputuskan


Agustus 2015
2 Bulan Terusir, PKL Bermobil Taman Pinang Sidoarjo Balik Kucing

Ratusan pedagang kaki lima (PKL) bermobil kembali memenuhi ruas jalan di Lingkar Barat, Perumahan Taman Pinang, Minggu (2/8/2015).Para PKL itu kembali setelah beberapa bulan diusir dari kawasan perumahan elit tersebut.

Pantauan SURYA.co.id, para pedagang berdatangan sejak pagi-pagi sekali. Mereka menggelar dagangan mulai dari kuliner, asesoris dan pakaian.

"Sebenarnya minggu lalu kita mulai jualan tapi tidak banyak pedagang yang datang," ujar seorang pedagang.

Sebelum kembali ke Taman Pinang, para pedagang ini diberi tempat di Jalan Raya Ponti.
Namun, pemindahan ini dirasa pedagang tidak membawa keuntungan bagi mereka. Jam operasional di Ponti pun reletif singkat yakni mulai pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB.

Sedangkan di Taman Pinang, para pedagang premium ini bisa menjajakan barangnya sejak pukul 05.00 WIB sampai 12.00 WIB.

Mereka merasa nyaman di Taman Pinang karena lebih ramai dan terbiasa di lokasi tersebut.
Para pembeli di Taman Pinang tadi pagi terpantau ramai. Hanya saja, tidak semua pedagang kembali ke Taman Pinang.

"Belum semua mungkin karena masih takut. Tapi mudah-mudahan kami bisa cari makan lagi di sini," harapnya.

Kepala Satpol PP Mulyawan belum memberikan komentarnya. Surya menghubungi ponsel Mulyawan namun tidak terangkat. Begitu juga dengan Ketua Paguyuban Pedagang Taman Pinang, Eka Wulandari yang ponselnya tidak aktif.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/08/02/2-bulan-terusir-pkl-bermobil-taman-pinang-sidoarjo-balik-kucing

Pemulung Jadi Polisi

Yuda Satria, pemuda asal Bangah, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

Dari 1.263 orang pendaftar seleksi Tamtama Polri di Polda Jatim 2015, hanya 152 peserta yang dinyatakan lolos. Usai sidang kelulusan, 152 calon anggota Brimob Polri inipun diberangkatkan ke Watu Kosek untuk menjalani pendidikan selama enam bulan..

Mereka diberangkatkan bersama dari Polda Jatim, Jumat (31/7) siang. Saat proses pemberangkatan itu, ada satu calon siswa (Casis) yang menjadi perhatian banyak perwira di Polda Jatim. Dia adalah Yuda Satria, pemuda 21 tahun asal Bangah, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

Bukan karena penampilan atau prilakunya, pemuda tersebut mencuri perhatian para pejabat Polda lantaran latar belakangnya. Diketahui, Yuda adalah calon anggota Brimob yang sejak kecil bekerja menjadi pemulung untuk membiaya sekolahnya sendiri.

Sejak kecil saya sudah bercita-cita menjadi polisi. Saya sangat bersyukur bisa lolos seleksi dan mengikuti pendidikan. Saya berharap semua berjalan lancar dan saya bisa mengabdi ke negara dengan menjadi anggota Polri,” ujar Yuda saat berbincang dengan Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuono.

Yuda adalah anak dari pasangan suami istri asal Padang, Sunaryo (56) dan Riniwati (53). Dua kakaknya, Silvia Halim (27), dan Riri Andangsari (25), tinggal di Padang.
Sedangkan adiknya, Joko Antonio (19) yang masih SMA, tinggal bersama dia dan ibunya di Waru, Sidoarjo.

“Saat saya kelas 2 SD, kami ditinggal oleh ayah. Karena pekerjaan ibu hanya sebagai tukang cuci, saya bersama saudara saya harus ikut bekerja untuk biaya hidup. Sejak itu saya menjadi pemulung agar bisa tetap sekolah,” kisahnya.

Menurut Yuda, dua kakaknya juga menjadi pemulung selama sekolah. Kakak pertamanya sudah bekerja, dan kakak keduanya sekarang masih kuliah.

“Adik saya juga mencari barang bekas untuk tambahan biaya sekolah. Apalagi, beberapa tahun ini ibu sudah tidak bekerja karena sudah tua,” lanjutnya lirih.

Calon anggota Brimob Polri ini mengaku sama sekali tak pernah malu dengan statusnya itu. Bahkan dia merasa bangga bisa sekolah dengan biaya sendiri. Toh, menjadi pemulung bukan pekerjaan haram.

Sejak kelas 2 SD, setiap pulang sekolah Yuda harus menyusuri jalan untuk mencari barang-barang bekas. Kardus, plastik bekas air mineral dan barang bekas apapun yang bisa dijual lagi di pengepul rongsokan.

Sesekali, dia juga melayani jasa membersihkan rumah orang, membersihkan mushola, mencuci mobil dan sebagainya. Demi cita-citanya, dia tak mengenal lelah. Yuda kecil terus bekerja keras agar tetap bersekolah. Dari hasil kerjanya, Yuda berhasil membiayai sekolahnya sendiri. Mulai SD hingga lulus SMK TPI Gedagan, Sidoarjo.

Setamat SMK, dia mendapat informasi ada lowongan pendaftaran anggota Polri. Tanpa pikir panjang, Yuda langsung mengumpulkan informasi terkait persyaratannya, melengkapi persyaratan itu, dan lantas mendaftar. Ia sengaja mendaftar ke jalur Tamtama agar bisa menjadi anggota Brimob.

Bermodal tekad besar, postur tubuh ideal, dan kemampuan yang dimilikinya, Yuda berhasil menyisihkan seribu lebih peserta seleksi yang menjadi saingannya. Anak ketiga dari empat bersaudara inipun tinggal selangkah lagi menggapai cita-citanya menjadi anggota Polri.

Meski saat pemberangkatan ke pusat pendidikan di Watu Kosek kemarin dia tidak ditemani ibunya, karena sedang sakit, Yuda mengaku sama sekali tidak minder. Jika rekan-rekannya bisa diantar dan berpelukan dengan orangtuanya sebelum menjalani pendidikan, Yuda berjanji akan membahagiakan sang ibu saat resmi berstatus anggota Brimob setelah pendidikan nanti.


http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/31/luar-biasa-sejak-kecil-jadi-pemulung-guna-biaya-sekolah-kini-lolos-polisi
http://suryamalang.tribunnews.com/2015/07/31/pemulung-lolos-seleksi-brimob-ingin-bahagiakan-ibu-yang-sakit

Related Posts