Wednesday, December 11, 2019

Kampung Lali Gadget

Di Kampung Sidoarjo Ini Anak Bakal Lupakan Gadget


Perkembangan teknologi diikuti maraknya gadget membuat anak dan remaja lebih memilih habiskan waktu dengan gadget ketimbang sosialisasi dengan lingkungannya.

Hal itu membuat keresahan seorang pemuda bernama Ahmad Irfandi. Ia membentuk Kampung Lali Gadget di Sidoarjo, Jawa Timur. Nama kampung ini dalam Bahasa Indonesia disebut juga "lupa gadget". Kampung ini tepatnya berada di Dusun Bendet, Desa Pager Ngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur.

Melalui kampung ini, anak dikenalkan dengan permainan tradisional antara lain egrang, dakon, dan wayang, balon gelembung, menembak botol gunakan peluru kertas, dan lain-lain. Demikian mengutip tayangan Liputan6, Rabu, (11/12/2019).

Kampung yang hadir sejak April 2018 ini terbentuk dengan bantuan sejumlah komunitas dan karang taruna setempat. Diharapkan anak-anak dan warga melestarikan permainan tradisional sedini mungkin. Selain itu mengajak anak-anak mengurangi bermain gawai yang dinilai dapat menyebabkan gangguan kejiwaan serta antisosial.

Ahmad Irfandi mengharapkan kampung lali gadget menjadi kampung percontohan bagi kampung-kampung lain untuk terus mengkampanyekan permainan tradisional dan mengurangi bermain gawai dan gadget sedini mungkin.

Kini kampung lali gadget ramai didatangi anak-anak yang ada di desa setempat, dan desa sekitarnya. Semua anak yang bermain harus bebas dari gadget. Gerakan Kampung Lali Gadget ini disambut baik para orangtua karena dapat mengurangi anak-anak bermain gawai dan mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya.


Sumber:
https://surabaya.liputan6.com/read/4131672/di-kampung-sidoarjo-ini-anak-bakal-lupakan-gadget

Tuesday, December 10, 2019

10 Tuntutan Mahasiswa Sidoarjo

Mahasiswa Sidoarjo Datangi DPRD Kabupaten Sidoarjo Sampaikan 10 Tuntutan

Jelang akhir kepemimpinan Syaiful Illah selaku Bupati Sidoarjo, mendapat sorotan tajam dari mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kabupaten Sidoarjo.

Senin, 9 desember 2019 ratusan mahasiswa yang tergabung dalam PMII melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Sidoarjo dan mengusung 10 tuntutan untuk dikawal wakil rakyat Sidoarjo. Tuntutan tersebut adalah :

1. Percepat pendirian RSD wilayah barat TANPA menggunakan sistem KPBU
2. Relokasi PKL Gading fajar Sidoarjo demi terwujudnya Sentra Ekonomi Terpadu/UMKM di Sidoarjo
3. Realisasi frontage Gedangan-Waru sebagai pengurai kemacetan jalan
4. Optimalisasi program Wajib Belajar 9 tahun bagi masyarakat yang kurang mampu di Sidoarjo
5. Kesejahteraan tenaga pendidik (guru) di Sidoarjo
6. Revitalisasi pengelolaan sampah di Sidoarjo
7. Tolak sistem Outsourching di seluruh perusahaan di Sidoarjo
8. Mendesak Pemerintah Sidoarjo untuk membentuk pansus aset-aset daerah
9. Penghapusan desa yang sudah tidak aktif namun masih terdata sebagai penerima dana APBDesa
10. Memaksimalkan kinerja SKPD dalam penyerapan APBD sehingga tidak terjadi SILPA

Terhadap tuntutan ini, perwakilan mahasiswa diterima oleh Komisi A bersama Wakil Ketua DPRD Kayan dan perwakilan Komisi D Kesra Mimik Idayana. Dalam forum tersebut, persoalan KPBU disoroti tajam oleh mahasiswa. jika santer diberitakan bahwa RSD Krian tidak dibangun oleh APBD karena persoalan defisit anggaran, namun setelah PMII melakukan investigasi tidak ditemukan fakta hubungan antara defisit anggaran dengan pembangunan RSD Krian menggunakan APBD baik 2019 maupun 2020.

“Untuk itu kami mendesak Legislatif segera meminta Eksekutif Sidoarjo merealisasikan pembangunan RSD wilayah barat yang sangat dibutuhkan warga Sidoarjo. Jadi kami ini mengawal amanah kalo memang sudah digedog APBD ya kami akan kawal dan awasi pembangunannya” seperti yang disampaikan salah satu perwakilan PMII dihadapan wakil ketua dan komisi A serta komisi D.

Kayan, wakil ketua Dewan menyampaikan seluruh Anggota Dewan sepakat dengan tuntutan mahasiswa tersebut, meski demikian menurutnya pembangunan ini masih terjadi perdebatan dari fraksi-fraksi yang ada. sebagian menyetujui menggunakan skema APBD, namun sebagian fraksi lain menolak dan kukuh pada skema KPBU. Pansus terkait ini sudah dibentuk dan melakukan kajian hukum, kajian fisik bahkan konsultasi ke berbagai pihak terkait serta pendampingan dari Tenaga Ahli, sehingga kami masih akan menunggu proses tersebut. Proses ini mohon juga dihargai, meski debatable.

“Untuk itu kami butuh dukungan, kawalan teman-teman mahasiswa semua bagaimana sih yang terbaik untuk Sidoarjo. pada kenyataannya kami konsisten sejak 2019 telah melakukan pengganggaran pembangunan RSD wilayah barat senilai 125 Milyar dan tahun ini kami anggarkan lagi 120 Milyar sudah digedog namun masih menunggu evaluasi dari Gubernur Jawa Timur. jika evaluasi ini sudah turun, kami akan melakukan langkah-langkah konkrit dan kebijakan terkait ini” demikian jawab Kayan Wakil Ketua Dewan dari Fraksi Gerindra.

Sementara itu soal 10 tuntutan yang disampaikan oleh mahasiswa disikapi cukup serius oleh Anggota Komisi D DPRD Sidoarjo yang juga berasal dari Fraksi Gerindra Mimik Idayana. Ia menilai, tuntutan mahasiswa Sidoarjo sangat relevan dengan kondisi yang saat ini sedang terjadi. Mahasiswa Sidoarjo masih cukup kritis menyikapi berbagai persoalan yang belum bisa diselesaikan sejak lama. salah satunya masalah PKL baik di gading fajar maupun gajah mada.

“Masalah PKL memang harus kita fasilitasi. tapi sebelum melakukan relokasi, Pemkab harus menyiapkan lahan dulu misalnya PKL gading fajar ada lahan kosong yang bisa digunakan. salah satunya di lahan kosong depan SMA 2, dulu sempat dipindah disana namun tanpa persiapan. lahan kosong itu tidak dipersiapkan dengan baik, jika hujan becek sehingga warga enggan kesana. persiapkanlah lokasi yang layak, misalnya tenda dll sehingga warga nyaman masuk arena PKL” demikian Mimik.

Persiapan lokasi serta pembenahan lahan untuk PKL ini pasti bisa diterima rekan-rekan PKL. Perhatian terhadap pedagang ini menjadi tanggung jawab bersama, Keberadaan PKL juga harus dipandang dari sisi manfaat, bermanfaat bagi para pedagang kecil pun bagi pembeli yang berada didekat lokasi strategis tersebut.

“Saya kira rekan-rekan PKL mau lah direlokasi asal Pemkab memfasilitasi lokasi tersebut dan melakukan pembenahan agar yang membeli juga nyaman. rapi, bersih, tidak kehujanan. saya kita mau kok mereka” sambung Mimik

Dari 10 tuntutan tersebut, Mimik Idayana akan melakukan kajian dan langkah-langkah konkret pada persoalan kesejahteraan rakyat utamanya bagi masyarakat kurang mampu di Sidoarjo. Pihaknya mulai melakukan kordinasi dengan aparatur Pemerintahan Desa terkait pendataan warga miskin yang layak diberi fasilitas bantuan dari berbagai skema bantuan Pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten.

“Harus dilakukan pengawasan pada pendataan untuk mendapatkan data valid warga miskin yang layak dibantu. saya lihat soal pendataan ini cukup amburadul, karena data lama hanya di copy paste tanpa validasi. tuntutan rekan-rekan mahasiswa terkait bantuan pendidikan bagi warga tak mampu di Sidoarjo menjadi prioritas kami untuk ditindaklanjuti baik persoalan data maupun bantuan yang sudah ada” pungkas Mimik.


Sumber :
https://surabayaonline.co/2019/12/10/mahasiswa-sidoarjo-datangi-dprd-kabupaten-sidoarjo-sampaikan-10-tuntutan/

Wednesday, December 4, 2019

Flyover Gedangan

Flyover Gedangan Butuh Lahan 1,3 Hektare Senilai Rp300 Miliar


Anggaran pembangunan Flyover Gedangan tetap diajukan ke Pemerintah Pusat setelah lahan untuk kebutuhan flyover terbebaskan. Lahan yang dibutuhkan seluas 1,3 hektare. Pembebasan lahan baru bisa dimulai di tahun anggaran 2020.

Sunarti Setyaningsih Plt Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PU BMSDA) Sidoarjo mengatakan, perkiraan kebutuhan lahan itu muncul saat rapat koordinasi dengan Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII Jumat (15/3/2019) lalu.

"Mengacu harga lahan per meter dari pembebasan terakhir yang kami lakukan di Jalan Pahlawan, total anggaran yang perlu disiapkan besar sekali, ya," ujar perempuan yang akrab disapa Naning itu ketika dihubungi suarasurabaya.net, Kamis (21/3/2019).

Perkiraan biaya pembebasan lahan untuk Flyover Gedangan yang dia hitung berdasarkan hasil appraisal untuk lahan di Jalan Pahlawan Sidoarjo, kurang lebih mencapai Rp300 miliar.

"Perkiraannya Rp300 miliar. Nah, kemarin, kan, seperti yang saya sampaikan, kami baru mengusulkan Rp50 miliar untuk pembebasan lahan di APBD 2020. Nanti kami tambah. Tapi baru bisa secara bertahap. Mungkin tidak bisa semuanya, 2021 kami anggarkan lagi," katanya.

Dia membenarkan, sebagian besar ruko yang ada di sepanjang Jalur Surabaya-Sidoarjo di Gedangan akan terdampak pembebasan lahan. Demikian halnya di jalur sebaliknya.

Selain itu, u-turn atau putar balikan kendaraan di depan Pasmar nantinya juga akan ditutup permanen dibuatkan u-turn baru. Demikian halnya u-turn di depan perumahan Jayaland arah ke selatan. Namun, Naning menyebutkan, ini baru rancangan perkiraan.

"Karena kami belum menerima gambar rancangan detailnya, baik dari Dinas PU Provinsi maupun BBPJN. Kemarin di rapat hanya disampaikan perkiraan kebutuhan lahannya saja," ujarnya.

Dalam prosesnya, kata Naning, detail gambar Flyover Gedangan yang direncanakan sepanjang 477 meter dengan lebar 18 meter di dua jalur Surabaya-Sidoarjo itu sangat dibutuhkan untuk merencanakan pembebasan lahan.

"Tapi kemarin baru perkiraan saja. Kami belum dapat desain sebenarnya, berapa sih kebutuhan tanahnya? Gambarnya belum di-share (bagikan) ke kami," ujarnya.

Gatot Sulistyo Hadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Jatim mengatakan, dia menyayangkan pembebasan lahan itu tidak bisa dipercepat karena alasan keterbatasan anggaran.

Sebab menurutnya, pengajuan anggaran dari Kementerian PU Perumahan Rakyat tidak bisa segera dilakukan bila pembebasan lahan ini belum berjalan. Dia pun mendorong agar Pemkab Sidoarjo bisa mempercepat pembebasan lahan ini.

"Makanya, waktu rapat kemarin saya usulkan supaya dianggarkan bertahap. Di PAPBD (Perencanaan APBD) 2020 dianggarkan, nanti PAPBD 2021 juga dianggarkan lagi. Jadi nanti pertengahan 2021 kami akan ajukan ke kementerian supaya bisa segera dilelang pengerjaannya," ujarnya.

Sekadar mengingatkan, lalu lintas di Simpang Gedangan Sidoarjo dinilai sudah sangat kritis sejak 2015 silam oleh akademisi yang melakukan studi kelayakan rencana pembangunan Flyover Gedangan.

Volume kendaraan yang melewati Simpang Gedangan saat itu sudah terlalu dipaksakan. Padahal sampai sekarang tidak ada upaya penambahan kapasitas jalan.

Hasil kajian para peneliti saat itu, volume kendaraan di Simpang Gedangan mencapai 2.131 satuan mobil penumpang (SMP) per jam. Padahal, kapasitas jalan itu hanya mampu menampung 1.523,79 SMP per jamnya.

Kebutuhan akan flyover di Simpang Gedangan, menurut para peneliti, sudah sangat mendesak. Percepatan pembangunan flyover demi mengurai kemacetan yang kerap terjadi juga akan berdampak penghematan biaya operasional kendaraan.(den/dwi/ipg)


Sumber :
https://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2019/218404-Flyover-Gedangan-Butuh-Lahan-1,3-Hektare-Senilai-Rp300-Miliar

Related Posts