Sunday, August 23, 2020

Abah Nur Meninggal Dunia

Pemkab Sidoarjo Imbau Pengibaran Bendera Setengah Tiang Selama Satu Hari


Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengimbau masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati kematian Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin.

Kabid Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkab Sidoarjo, Kusdianto menuturkan, pengibaran bendera dilaksanakan selama satu hari.

"Pengibaran bendera merah putih setengah tiang atas meninggalnya Plt Bupati Sidoarjo, adalah selama 1 hari yakni hari minggu tanggal 23 Agustus 2020," ujar dia, seperti dikutip dari Antara, Minggu (23/8/2020).

Kata Dokter Soal Riwayat Medis Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin Sebelum Tutup Usia
Plt Bupati Sidoarjo, Jawa Timur Nur Ahmad Syaifuddin meninggal dunia sekitar pukul 15.30 WIB setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD Kabupaten Sidoarjo.

Jenazah sempat disalatkan di kamar mayat RSUD Sidoarjo, kemudian juga dilakukan salat jenazah di Pendapa Kabupaten Sidoarjo dan selanjutnya dishalatkan di halaman masjid Nurul Huda di Desa Janti Sidoarjo, hingga kemudian dimakamkan di pemakaman Islam Desa Janti, Sidoarjo.

Ucapan belasungkawa juga ramai di sejumlah grup WhatsApp dan juga sejumlah media sosial yang ada di Kabupaten Sidoarjo.

Almarhum yang akrab dipanggil Cak Nur itu resmi menduduki menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sidoarjo pada Selasa 14 Januari 2020, setelah dilantik oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Pelantikan dilaksanakan di gedung Negara Grahadi Surabaya. Cak Nur menjadi Plt Bupati Sidoarjo setelah bupati sebelumnya Saiful Ilah, yang terjerat kasus korupsi.


Sumber :
https://surabaya.liputan6.com/read/4337294/pemkab-sidoarjo-imbau-pengibaran-bendera-setengah-tiang-selama-satu-hari

Tuesday, August 18, 2020

Update Frontage Road Sidoarjo

Frontage Road Sidoarjo Sulit Terealisasi Sesuai Target

Selasa, 4 Agustus 2020 18:48


Sebagian dari Frontage road Sidoarjo yang sudah dibangun. Sebagian besar masih terkendala pembebasan lahan

Program pembangunan frontage road Sidoarjo amburadul. Target pembangunan jalan sepanjang 9,3 kilometer dari Waru hingga Buduran itu untuk tuntas dan bisa mulai beroperasi tahun 2021 dipastikan sulit terealisasi.

Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin mengakui ada beberapa hal yang menjadi kendala. Termasuk pembebasan lahan dan lemahnya kinerja dinas yang menangani.

"Kalau anggaran tidak ada masalah. Tapi kendalanya pada penyerapan anggaran dan pembebasan lahan," kata Cak Nur, panggilan Nur Ahmad Syaifuddin.

Melihat rendahnya serapan anggaran, tak kunjung terselesaikannya pembebasan, dan belum adanya progres pembangunan fisik di sana, Wabup juga menilai perlu ada evaluasi terhadap kinerja dinasnya.

"Dinasnya akan kami evaluasi. Apa saja yang dilakukan, kok progresnya rendah. Kinerjanya bagaimana, kendalanya seperti apa, dan sebagainya," lanjut dia.

Politisi PKB itu berharap, Dinas PUPR lebih maksimal bekerja. Lahan yang sudah dibebaskan agar segera dibangun fisik jalannya. Setidaknya nyicil pembangunan, sambil menunggu proses pembebasan lainnya.

Terpisah, kalangan dewan juga terus mengkritisi kinerja pemkab yang terkesan lamban dalam menyelesaikan pembangunan frontage road.

"Sejak beberapa tahun terakhir, dewan ingin pembangunan frontage road selesai pada tahun 2020. Anggaran juga terus digelontor beberapa tahun terakhir," ujar anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Sidoarjo, Bangun Winarso.

Bahkan tahun 2020 ini, alokasi dana untuk frontage road dari APBD mencapai Rp 194 miliar. Memang sempat direfocusing untuk penanganan covid-19, tapi serapannya memang sangat rendah.

"Pengadaan tanah saja baru 53 persen. Pembangunan juga masih minim. Kami terus mendesak agar segera diselesaikan. Lahan yang sudah dibebaskan segera dibangun. Termasuk jembatan dan sebagainya," lanjut politisi PAN tersebut.

Beberapa waktu lalu, dewan sempat mengumpulkan BPN, Dinas PUPR, Bappeda, dan sebagainya. Hasilnya, memang diketahui bahwa persoalan ini muaranya pada kinerja Dinas PUPR Sidoarjo.

"Kami juga merekomendasikan agar pejabatnya diganti saja. Tapi kan tidak mudah juga. Apalagi menjelang Pilkada seperti ini, kepala daerah tidak boleh melakukan mutasi," urainya.

Melihat berbagai kondisi itu, dewan tetap menyarankan pemkab lebih memaksimalkan kinerjanya. Agar jalan yang diharapkan bisa menjadi solusi kemacetan itu bisa segera terealisasi.


Sumber :
https://surabaya.tribunnews.com/2020/08/04/frontage-road-sidoarjo-sulit-terealisasi-sesuai-target.

Monday, August 17, 2020

Cyclone Bike, "Brompton" ala Sidoarjo

Cyclone Bike, Satu Lagi "Brompton Lokal", Kini dari Sidoarjo 


Jumlah pehobi bersepeda yang meroket selama pandemi Covid-19 sepertinya masih akan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Demam sepeda buatan Inggris, Brompton yang beberapa waktu lalu mulai memuncak pun, kian menuntun merek-merek/perajin sepeda lokal meniru dan kecipratan order.

Nah, ada satu lagi merek sepeda lokal yang tengah menggodok "sepeda ala Brompton" versi mereka, yakni Cyclone Bike.

Merek sepeda asal Sidoarjo Jawa Timur ini tengah menyelesaikan prototype sepeda mereka untuk kemudian diperkenalkan ke pasar, bulan ini. "Sekarang prototype-nya sedang dibuat. Semoga bulan ini selesai."

"Setelah selesai kami tunjukkan melalui video kalau ini sudah selesai, setelah itu open PO," ungkap Product Owner & Manager Cyclone Bike, Nurahman kepada Kompas.com, Minggu (16/8/2020). Rahman bercerita, dia memang berencana memproduksi sepeda sejak beberapa waktu lalu.

Di saat yang sama, ia yang seorang fasilitator Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) mendapati banyak usaha kecil dan menengah (UKM) tidak mendapatkan pesanan di masa pandemi corona. Melihat animo tinggi masyarakat terhadap sepeda dalam beberapa waktu terakhir, Rahman pun memutuskan untuk serius merencanakan produksi sepeda ini.

Dia lalu menggandeng tak kurang dari 20 UKM di Sidoarjo. Baca juga: Cerita Brompton Mahal Dikira Sepeda Kreuz Bandung, duh... Ternyata, respons pasar terhadap desain sepeda Cyclone cukup baik.

Hingga berita ini ditulis, akun Instagram @cyclone_bike sudah diikuti lebih dari 2.300 pengikut. Namun, Rahman juga membuat grup Telegram untuk masyarakat yang memang berminat untuk pre-order proyek pertamanya ini.

"Grup di Telegram yang benar-benar minat mau beli, sekarang sudah 700-an lebih yang minat PO," ungkap dia. Seperti diunggah di Instagram mereka, desain sepeda Cyclone mamang mirip dengan Brompton, namun mereka menyediakan sepeda tak hanya dengan roda 16 inci, tapi pun 20 inci. Beberapa warna yang diunggah antara lain merah, hijau tosca, putih, dan hijau muda.

Namun, menurut Rahman, itu masih rencana warna yang nantinya masih bisa diubah. Dia juga mengakui, proyek pertama Cyclone memang sepeda lipat dengan desain mirip Brompton.

Untuk sementara waktu, mereka juga hanya akan bermain di sepeda lipat. Alasannya, antusiasme pasar terhadap sepeda lipat mirip Brompton terlihat amat baik. "Ini untuk cek ombak di pasar gimana sih terkait produk lokal," kata dia.

"Kalau proyek pertama ini oke, rencananya akhir tahun saya keluarkan desain sendiri, tetap sepeda lipat." "Tapi nanti kemungkinan akan masuk ke sepeda-sepeda lain," tutur dia.

Pengikut jejak Brompton Lihat Foto Desain Cyclone Bike yang diunggah melalui akun Instagram.(Instagram @cyclone_bike) Rahman tak menampik jika Cyclone pada awalnya meniru Brompton.

Karena itu pula merek sepeda ini diberi nama Cyclone, diambil dari kata dalam Bahasa Inggris "Clone" yang berarti "menggandakan/meniru". Namun, produk yang akan mereka buat tetap dimodifikasi kembali dengan spesifikasi yang berbeda. Mulai dari ukuran roda, gear, hingga rem. "Brompton kan cuma 16, kami ada 16 inch dan 20 inch, bisa external gear dan disc brake," ujar dia.

Cyclone memilih external gear karena spare part-nya cenderung lebih mudah ditemukan dan harganya lebih murah. "Jadi orang bisa cari part jauh lebih mudah. Kalau untuk rem, kami pakai disc brake jadi secara tampilan lebih bagus," kata Rahman.

Harga frameset Cyclone nantinya berkisar Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. Menurut Rahman, harga ini juga menyesuaikan dengan merek lokal lain yang menjual sepeda lipat serupa demi menjaga pasar sesama UKM. "Kan sama-sama UKM. Kalau saya jual lebih murah dari itu pasar mereka bisa mati," ucap dia.


Sumber :
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/16/141812020/cyclone-bike-satu-lagi-brompton-lokal-kini-dari-sidoarjo?page=all.

Related Posts