Kerajaan Janggala atau nama lainnya Jenggala adalah salah satu kerajaan Hindhu yang terletak di kawasan Sidoarjo Jawa Timur. Sama seperti kerajaan pada umumnya, Jenggala juga mempunyai silsilah kerajaan, masa kejayaan hingga peninggalan-peninggalannya. Bahkan keberadaan kerajaan ini dianggap penting bagi kerajaan-kerajaan lain yang ada di sekitarnya.
Nah, buat yang mau tahu lebih detail mengenai sejarah Kerajaan Jenggala, Kami akan mengulas secara lengkap tentang kerajaan ini beserta kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakatnya. Yuk, simak.
Sejarah Kerajaan Jenggala
Kerajaan Jenggala diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1042 yang merupakan salah satu dari dua kerajaan pimpinan Airlangga dari wangsa Isyana. Kerajaan yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa timur ini berakhir pada tahun 1930-an. Menurut catatan sejarahnya, nama Jenggala berasal dari kata ‘Hujung Galuh’, serta dalam catatan Cina menyebutkan’Jung-ya-lu’.
Hujung Galuh menjadi bagian dari kota Surabaya yang berada di daerah muara sungai Brantas. Pada zamannya, daerah tersebut dijadikan sebagai pelabuhan penting dimana bukan hanya untuk kerajaan Jenggala saja melainkan juga beberapa kerajaan lainnya seperti Majapahit, Singhasari, Kediri dan Kahuripan. Meskipun begitu, Kerajaan Janggala dan Kadiri tidak pernah akur dan mereka selalu terlibat konflik meskipun berasal dari satu kerajaan yang sama.
Sementara bersama Kerajaan Kahuripan, justru Kerajaan Jenggala dapat tumbuh semakin cepat karena Mapanji Garasakan sebagai raja pertamanya mempunyai kemampuan untuk melakukan diplomasi serta mengatur pemerintahan di daerah kekuasaannya. Perkembangannya bahkan tidak hanya dilihat dari sektor pemerintahannya hanya saja, melainkan ekonomi, karya sastra dan kesenian. Secara internasional pada saat itu Kerajaan Jenggala juga diakui oleh kerajaan-kerajaan lainnya dari India, Tiongkok serta negara lainnya.
Lokasi, Letak Geografis Dan Peta Wilayah
Seperti yang telah kami singgung sebelumnya, Kerajaan Jenggala berlokasi di Sidoarjo provinsi Jawa timur.
Pusat pemerintahan Kerajaan Jenggala beribukota di Kahirpan yang kepemimpinan pertama kalinya diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Namun sayangnya, tidak ada satu peninggalan pun yang benar-benar memastikan di mana tempatnya lokasi kerajaan Jenggolo. Beberapa sumber sejarah menyebutkan tentang keraton Jenggolo, tapi juga tidak dijelaskan secara gamblang titik lokasinya berada di Sidoarjo bagian mana.
Hal itu karena tidak adanya kitab-kitab peninggalan kerajaan Jenggolo yang dapat menunjukkan lokasi dan pusat pemerintahan kerajaan ini. Sehingga banyak bermunculan pendapat-pendapat para ahli sejarawan tentang lokasi Kerajaan Jenggala. Salah satunya menurut tulisan dari buku sejarah Sidoarjo yang dibuat pada tahun 1970, menyebutkan letak Keraton Jenggolo berada di sungai pepe yang diungkapkan berdasarkan penemuan beberapa arca di lokasi tersebut.
Dari buku tersebut menjelaskan bahwa lokasi Keraton Jenggolo tepatnya berada di kecamatan Gedangan. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa Keraton Jenggolo berada di alun-alun sama seperti pusat kota Sidoarjo saat ini. Pendapat tersebut didasarkan karena adanya arca Batara Ismaya dan patung katak raksasa yang ada di alun-alun hingga tahun 1975.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Larangan, Kecamatan Candi, dulunya adalah salah satu wilayah kekuasaan dan pusat militer Kerajaan Jenggala. Pendapat tersebut didukung karena beberapa penemuan benda purbakala saat penggalian tahun 1980-an diantaranya seperti gelang lengan, rompi perang, perhiasan dan pedang. Meskipun tidak disebutkan sebagai pusat pemerintahan, tapi wilayah Larangan diyakini merupakan kompleks kemiliteran pada zaman kekuasaan Kerajaan Jenggala.
Silsilah Raja
Periode Kerajaan Jenggala hanya dipimpin oleh tiga raja saja, sehingga kekuasaan kerajaan ini terhitung cukup pendek. Beberapa nama raja raja yang pernah memimpin Kerajaan Jenggala diantaranya Mapanji Garasakan, Mapanji Alanjung Ahyes, dan Samarotsaha. Kepemimpinan raja di Kerajaan Jenggala diketahui berdasarkan peninggalan prasasti seperti berikut ini:
Prasasti Turun Hyang II (1044), prasasti Malenga (1052) dan prasasti Kambang Putih menunjukkan kepemimpinan dari raja Mapanji Garasakan.
Prasasti Banjaran (1052) menunjukkan kepemimpinan Alanjung Ahyes
Prasasti Sumengka (1059) menunjukkan kepemimpinan Samarotsaha
Sayangnya tidak ada informasi secara jelas bagaimana kehidupan dari setiap kepemimpinan Kerajaan Jenggala tersebut. Diketahui bahwa pada masa kepemimpinan dari Mapanji Garasakan kerajaan pernah terlibat perang dengan Kerajaan Kediri. Akibat peperangan tersebut membuat Jenggala terpaksa memindahkan pusat pemerintahannya ke Lamongan dan menjadi awal mula keruntuhan kerajaan.
Kehidupan Di Kerajaan Jenggala
Kehidupan politik, ekonomi dan budaya di Kerajaan Jenggala memang tidak banyak diceritakan. Namun kami akan mencoba untuk merangkum sedikit tentang setiap sisi kehidupan di Kerajaan Jenggala tersebut berikut ini:
1. Kehidupan Politik
Secara politik, pusat kekuasaan Kerajaan Jenggala berhasil menguasai wilayah muara sungai yang dijadikan sebagai jalur perdagangan. Sehingga di wilayah sungai Porong tersebut, menjadi titik pusat pemerintahan sekaligus perekonomian Kerajaan Jenggala. Sementara periode kepemimpinan di Kerajaan Jenggala hanya sampai pada raja ketiga saja sebelum akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Kediri.
2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian dari Kerajaan Jenggala pada awal pemerintahannya terbilang maju sangat pesat. Karena sejak masa kepemimpinan raja pertama Mapanji Garasakan memiliki kemampuan melakukan diplomasi ke berbagai daerah kekuasaan dan mengatur pemerintahan dengan baik. Bahkan kerajaan ini berhasil menguasai wilayah jalur perdagangan Sungai Porong dan menjadi pusat perdagangan terbesar kedua di nusantara setelah Kerajaan Sriwijaya. Melihat pesatnya perekonomian di Kerajaan Janggala bisa disimpullkan bahwa rakyat dari kerajaan ini pun sudah mengenal uang.
3. Kehidupan Budaya
Perkembangan Kerajaan Jenggala tidak hanya dari sektor pemerintahan dan ekonominya saja, melainkan juga kesenian dan karya sastra. Namun dalam catatan sejarah tidak ada yang menyebutkan atau menjelaskan secara terperinci bagaimana kehidupan budaya, kesenian dan karya sastra yang ada di kerajaan ini. Prasasti-prasasti peninggalan dari Kerajaan Jenggala pun hanya menunjukkan masa pimpinan setiap raja kerajaan, tapi tidak secara gamblang menyebutkan tentang kehidupan budaya di Kerajaan Jenggala.
Masa Kejayaan Kerajaan Jenggala
Masa kejayaan Jenggala terlihat pada periode pertama pemerintahan, yaitu pada masa kepemimpinan Mapanji Garasakan. Seperti yang telah kami ceritakan sebelumnya, pada masa pemerintahan Mapanji Garasakan berhasil membawa Kerajaan Jenggala menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Nusantara.
Bahkan perkembangan dari Kerajaan Jenggala ini jauh lebih besar daripada kehidupan Kerajaan Kahuripan pada waktu itu (kerajaan lainnya dari hasil pemisahan Kerajaan Airlangga). Wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggala pun sangat luas dengan sistem perekonomian yang sangat maju. Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Jenggala hanya berhenti pada periode pemerintahan Mapanji Garasakan sebelum akhirnya terus mengalami penurunan.
Penyebab Keruntuhan
Puncak kejayaan dan penyebab runtuhnya Kerajaan Jenggala sebenarnya sulit untuk dipahami karena terjadinya masa kegelapan. Namun berdasarkan penemuan dari Prasasti Ngantang tahun 1035 diketahui bahwa kerajaan ini ditaklukkan oleh Sri Jayabhaya raja Kadiri. Dengan semboyannya yang sangat terkenal yaitu Panjalu Jayati, atau Kadiri Menang, Jenggala akhirnya menjadi bawahan dari Kerajaan Kediri.
Runtuhnya Kerajaan Jenggala tersebut terjadi pada masa pemerintahan Mapanji Lanjung Ahyes karena sering mendapatkan serangan dari Kerajaan Kediri. Melihat dari catatan sejarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyebab keruntuhan Kerajaan Jenggala adalah penaklukan atau serangan dari kerajaan lain. Melalui penaklukan tersebut membuat masa Kerajaan Jenggala berakhir dan berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kediri.
Berdasarkan prasasti Turun Hyang II menjadi bukti adanya peperangan antara Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri sepeninggalan Airlangga. Sementara kemenangan Kerajaan Kediri atas peperangan dengan Kerajaan Jenggala tercatat pada prasasti Ngantang
Peninggalan Kerajaan
Periode Kerajaan Jenggala dimulai tahun 1042 dan berakhir pada tahun sekitar 1130 an. Salah satu kerajaan nusantara yang berlokasi di kabupaten Sidoarjo Jawa Timur ini cukup minim di ketahui mengenai peninggalan situsnya. Berikut ini beberapa situs peninggalan Kerajaan Jenggala yang ada dalam catatan sejarah:
1. Candi Prada
Kerajaan Jenggala adalah salah satu kerajaan bercorak agama Hindu-Budha, sehingga tak heran jika candi menjadi salah satu situs peninggalannya. Candi peninggalan ini berada di dusun Reno Pencil Sidoarjo, tapi sayangnya sudah dirusak oleh penduduk pada tahun 1965. Padahal peninggalan dari Kerajaan Jenggala cukup minim, sehingga sangat disayangkan jika salah satu peninggalan yang berharga ini harus dirusak.
Candi yang berada di kawasan porong-sidoarjo tersebut merupakan situs purbakala peninggalan Mpu Baradah. Di sekitar situs candi tersebut juga ditemukan prasasti Watumanak di mana oleh warga setempat menyebutnya sebagai Punden Prada. Menurut informasi sejarahnya, Mpu Baradah membuat situs candi tersebut sebagai sarana pemujaan terhadap sang Hyang Batara Ismaya atau Batara Kartika.
2. Prasasti Turun Hyang II Dan Sirah Keting
Peninggalan berupa prasasti ini menceritakan tentang adanya peperangan antara Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Jenggala. Sejak awal mula pemisahan kedua kerajaan tersebut dari Kerajaan Airlangga memang tidak pernah akur. Prasasti yang ditulis pada tahun 1104 ini menceritakanmengenai kalahnya Kerajaan Jenggala pada peperangan yang dipimpin oleh Sri Jayabhaya.
3. Situs Tumpukan Batu Bata Di Sidoarjo
Belum lama ini di daerah persawahan Desa Urang Agung Sidoarjo ditemukan sebuah situs bersejarah yang konon merupakan bekas peninggalan dari Kerajaan Janggala. Situs yang ditemukan tersebut berupa tumpukan batu bata seluas sekitar 4 meter persegi yang ditemukan oleh penduduk desa area sawah saat menggali. Namun sayangnya tidak ada informasi lengkap terkait situs peninggalan ini, termasuk mengenai kapan tahun dibuatnya.
4. Sumor Kuno
Ada satu lagi benda yang didugamerupakan peninggalan dari Kerajaan Jenggala Sidoarjo yaitu Sumor Kuno yang digunakan untuk berbuat klenik. Benda tersebut berada di tengah area tambak, tepatnya di desa Pepe Tambak, Sedari, Sudoarjo. Banyak orang dari berbagai wilayah mengunjungi tempat keberadaan Sumor Kuno ini.
Pengunjung biasanya datang pada malam Jumat atau malam suro untuk melakukan sesuatu karena peninggalan tersebut masih dikeramatkan. Penduduk sekitar menceritakan bahwa biasanya pengunjung yang mendatangi sumor kuno guna untuk mencari batu mustika atau benda kuno seperti keris berukuran kecil. Pengakuan dari penduduk sekitar memang sering benda-benda kuno di Sumor Kuno, tapi tidak banyak yang berani membawa pulang. Menariknya, sumur tersebut masih bersih dan tetap segar sehingga masih bisa digunakan sebagaimana sumur pada umumnya.
Sumber :
https://www.selasar.com/kerajaan/jenggala/