Pages

Friday, November 13, 2015

KH. Nawawi

Masyarakat Sidoarjo Dan Mojokerto Napak Tilas Perjuangan KH. Nawawi

Gugurnya pejuang syuhada KemerdekaanRepublik Indonesia (RI) KH. Nawawi diperingati oleh ribuan masyarakat Sidoarjo dan Mojokerto dengan melakukan napak tilas, Sabtu (6/11/2015).

KH. Nawawi yang gugur di Dusun Sumantoro, Desa Plumbungan, Kecamatan Sukodono menjadi tempat start napak tilas menuju Pondok Pesantren An-Nawawi Kota Mojokerto.

Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Sidoarjo Drs. Ec. Jonathan Judianto M.MT dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo H. Sullamul Hadi Nurmawan, S.Thi secara bergiliran memberangkatkan napak tilas yang dimeriahkan dengan undian 1 unit sepeda motor tersebut.

Sebelum dimulai napak tilas, aksi teatrikal yang mengkisahkan gugurnya pejuang Kemerdekaan RI KH. Nawawi saat melawan penjajah Belanda yang disuguhkan oleh Banser dari Sooko-Mojokerto.

Dalam teatrikal tersebut digambarkan bahwa KH. Nawawi yang kebal dengan peluru itu, akhirnya gugur dengan empat luka tusukan pisau bayonet tentara Belanda tepat dilehernya.

Ditempat itulah akhirnya dibuatkan monumen untuk mengingat perjuangan KH. Nawawi yang gugur pada tanggal 22 Agustus 1946 di Dusun Sumantoro, Desa Plumbungan-Sukodono dalam melawan Belanda.

Ps Bupati Sidoarjo Jonathan Judianto mengatakan bahwa kegiatan napak tilas ini merupakan bukti kalau generasi muda penerus bangsa menghargai jasa-jasa pahlawannya dan berharap napak tilas seperti ini akan menjadi tradisi untuk dilestarikan serta dikembangkan.

“Saya merasa bangga, kita sebagai generasi penerus bangsa akan terus melaksanakan dan terus mendharma baktikan hidup kita sebagaimana leluhur kita yang telah berjasa membangun Indonesia,” katanya.

Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo H. Sullamul Hadi Nurmawan mengungkapkan bahwa napak tilas bukan sekedar berjalan kaki menuju tempat dimakamkannya KH. Nawawi di Mojokerto, namun sebagai bagian untuk mengenang dan merasakan bagaimana perjuangan KH. Nawawi dalam mengusir penjajah.

“Napak tilas bukan hanya sekedar berjalan, tetapi bagaiman kita bisa meniru, bagaimana kita bisa merasakan perjuangan beliau melawan penjajah,” ungkapnya.

Salah satu cicit KH. Nawawi yang juga anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo H. Khulaim Junaedi menceritakan riwayat perjuangan KH. Nawawi yang lahir tahun 1886 di Dusun Les Padangan, Desa Terusan, Kabupaten Mojokerto merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pertama kali di Mojokerto.

Saat remaja KH. Nawawi pernah menjadi santri KH. Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, pernah menjadi santri KH. Qosim, Desa Siwalan Panji-Buduran serta KH. Sholeh-Mojosari dan KH.Kholil, Kademangan-Bangkalan.

“Beliau aktif dalam organisasi keagamaan, beliau pendiri NU di Mojokerto pertama kali pada tahun 1928,” ucapnya.

Dikatakan oleh H. Khulaim bahwa pada saat revolusi fisik, KH. Nawawi mejabat sebagai komandan Laskar Sabilillah yang turun langsung memimpin pergerakaan melawan penjajah, dimana wilayah yang menjadi pergerakannya meliputi Mojokerto, Kedamean-Gresik dan Sepanjang serta Sukodono-Sidoarjo.

KH. Nawawi akhirnya gugur pada tanggal 22 Agustus tahun 1946 setelah dikeroyok pasukan Belanda di Dusun Sumantoro, Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono.

Jenazahnya kemudian di tandu oleh pasukan Laskar Sabilillah menuju rumah duka di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Magersari-Mojokerto dan dimakankan dipemakaman umum Desa Losari, Kecamatan Gedek, Kabupaten Mojokerto.

“Pada malam hari inilah kita peringati perjalanan jenazah beliau dari Desa Plumbungan menuju kekediamannya di Mojokerto bpada tahun 1946 lalu,” pungkasnya. (imams)


Sumber :
http://www.beritasidoarjo.com/?p=7976

No comments:

Post a Comment