Pages

Thursday, August 26, 2021

Perajin Ecoprint Sidoarjo

Perajin Ecoprint Sidoarjo, Orderan Luar Pulau, Aktif di Medsos

27 August 2021 05:39 AM

Pantang menyerah menjadi modal Nazida Majid untuk bertahan menjadi pengusaha. Ketika usahanya bangkrut, dia berani banting setir untuk menjalani usaha baru.

Pengusaha asal Sidoarjo itu dulunya menggeluti bisnis sepatu bordir warisan orang tua. Terbilang cukup lama, Nazida sudah berkutat di bisnis itu sejak tahun 1983.

Nahasnya, pandemi Covid-19 semakin menenggelamkan usaha warisannya itu. Hingga pada awal 2020, Nazida terpaksa menutup usahanya karena bangkrut.

Namun, dia tidak diam begitu saja. Ia berusaha bangkit dan mencoba mencari peluang baru. Kini, iapun sukes menggeluti usaha kerajinan beragam produk ecoprint. Ecoprint adalah teknik memberi warna dan corak pada kain, kulit atau bahan lainnya dengan menggunakan bahan alami.

Bahan alami yang umum digunakan ecoprint berasal dari tanaman. Meliputi beragam jenis daun, bunga, kayu, atau bagian tanaman lainnya yang memiliki corak dan warna yang khas.

Produk pewarnaan ecoprint itu diolah dalam berbagai kerajinan yang berguna. Seperti tas, sepatu, dan kain ecoprint dari beragam bahan dasar kain.

Berkat keunikan usaha dan ketekunannya, usaha itupun berangsur membuahkan hasil memuaskan.

“Dalam satu bulan rata-rata datang orderan sepatu ecoprint ini antara 10-20 pasang sepatu. Dan yang mengorder ini ada yang dari Kalimantan, Bali, Makasar, Aceh, dan Bandung,” tutur Nazida.

Dia menceritakan, harga setiap produk ecoprint dibanderol antara Rp 250 ribu hingga jutaan rupiah. Misalnya, untuk harga sepatu kulit ecoprint bisa mencapai Rp 500 ribu per pasang.

Selain produksi kerajinan baru, dia juga aktif memasarkan produknya secara online. Yakni, melalui Instagram ataupun Facebook.


Sumber :

https://radarsidoarjo.jawapos.com/features/27/08/2021/perajin-ecoprint-sidoarjo-orderan-luar-pulau-aktif-di-medsos/

Monday, August 23, 2021

Pengerjaan Fisik Frontage Road Aloha-Gedangan

Pemkab Sidoarjo Selesaikan Pengerjaan Fisik Frontage Road Aloha-Gedangan Tahun Ini

Selasa, 24 Agustus 2021

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melanjutkan pengerjaan fisik frontage road dari Aloha sampai simpang empat Gedangan. Sigit Setyawan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Sidoarjo mengatakan, pengerjaan fisik frontage road sepanjang 1.600 meter ini ditargetkan selesai akhir tahun ini. Sisanya, termasuk fly over atau jalan layang di Aloha dan Gedangan dipertimbangkan untuk dilanjutkan pada tahun berikutnya.

“Mulai Aloha sampai kilometer 975 yang dari marinir sudah siap dikerjakan. Saat kami ke lokasi, kami koordinasi dengan TNI AL serta Lanudal. Pada prinsipnya mereka mendukung. Sedangkan, di sisi selatan, mulai kilometer 975 sampai 1.600 yang milik masyarakat, ada beberapa bangunan yang sudah dibongkar dan siap dikerjakan kontraktornya,” ujarnya dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Selasa (24/8/2021).

Selain frontage road, kata Sigit, pihaknya juga harus membangun jembatan di titik 200 meter sesudah perlintasan kereta api Aloha.

Sigit menjelaskan, sebenarnya pembangunan frontage road ini sudah dilaksanakan mulai tahun 2013. “Pada saat kita mulai, frontage road timur Surabaya belum selesai. Saat itu kami berpikir kalau kami membeli lahan, dana kami habis untuk pembebasan lahan. Jadi kami mengandalkan hibah perusahaan,” kata Sigit.

Namun, setelah terbit Perpes 80 Tahun 2019, frontage road Sidoarjo sudah termasuk proyek strategis nasional di Jawa Timur. “Jadi (mulai tahun 2019) kami menuntaskan pembebasan lahan, pembiayaan selanjutnya bisa dibantu APBN,” tambahnya.

Untuk diketahui, total panjang frontage road yang sedang dibangun Pemerintah Sidoarjo adalah 9,4 kilometer dengan rincian 55 persen lahan dari perusahaan, 30 persen lahan dari masyarakat, dan 15 persen lahan pemerintah/BUMN/daerah.

Mulai tahun 2013-2018 Pemkab Sidoarjo baru membangun jalan sepanjang 2,5 km di atas lahan hibah beberapa perusahaan, di antaranya PT Maspion 3, PT Maspion 2, PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Surya Pacific Jaya, dan PT. Trias Sentosa.

Kemudian selama tahun 2019-2020 dibangun sekitar 450 meter di Sawotrarap dan depan Brigif Marinir. Rinciannya, 200 meter di atas lahan hibah TNI AL dan 250 meter lahan milik masyarakat yang sudah dibebaskan Pemkab Sidoarjo.

Pemkab Sidoarjo telah membuat komitmen bersama perusahaan-perusahaan yang menghibahkan lahannya untuk proyek frontage road terkait parkir truk milik perusahaan. “Selama truk tidak parkir jangka panjang atau bermalam, hanya antre masuk perusahaan untuk loading barang atau menunggu perusahaan buka, boleh parkir di situ,” ujarnya.(iss/ipg)


Sumber :

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/pemkab-sidoarjo-selesaikan-pengerjaan-fisik-frontage-road-aloha-gedangan-tahun-ini/

Peninggalan Zaman Kerajaan Jenggolo?

Struktur Bata Merah Kuno Gegerkan di Sidoarjo, Diduga dari Zaman Kerajaan Jenggolo

Minggu, 15 Agustus 2021 - 23:32 WIB

Warga memperlihatkan struktur batu bata kuno yang tebal dan panjang di Semambung, Gedangan, Sidoarjo yang diduga peninggalan Kerajaan Jenggolo. Foto/iNews TV/Pramono Putra

SIDOARJO - Warga Desa Semambung, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur digegerkan dengan temuan struktur batu bata merah kuno memanjang mirip candi yang diduga peninggalan Kerajaan Janggolo.

Situs purbakala ini ditemukan di area pesawahan dekat pemukiman warga. Diduga kuat struktur bangunan batu bata merah ini adalah sebuah benteng atau batas bangunan suci sebuah candi zaman Kerajaan Jenggolo, jauh sebelum Kerajaan Majapahit.

Warga juga menemukan dua buah batu lingga serta puluhan artefak yang berbentuk makara yang terbuat dari batu andesit, serta pecahan tembikar.

Penemuan benda perbakala ini berawal saat saat salah satu warganya sedang menggarap sawah. Tanpa sengaja menemukan adanya sebuah struktur bangunan batu bata yang berukuran besar yang memanjang.

Batu bata tersebut lebih besar dan lebih tebal dibandingkan yang ditemukan pada era Kerajaan Majapahit. Diduga, struktur batu bata merah yang besar tidak lazim pada umumnya ini diduga merupakan bentuk benteng atau pembatas dari bangunan suci atau candi di era Kerajaan Jenggolo.

Artefak yang menyerupai makara serta batu andesit berbentuk dorpal dan batu pipisan atau arupadatu juga diamankan warga.

Sejauh ini penggalian warga sudah mencapai panjang 15 meter dengan hanya kedalaman sekitar 15 hingga 20 cm. Sementara tumpukan batu bata yang ditemukan itu memiliki lebar 20 dengan panjang 40 cm dengan ketebalan sekitar 10 cm.

"Saya melihat memang ada di sini memang ada (peninggalan benda purbakala). Dari benda yang sudah ditemukan, saya menduga dari Kerajaan Jenggolo," kata pemerhati cagar budaya, Lukman Hakim.

Sementara terkait temuan ini, warga bersama kepala desa setempat akan segera melaporkan temuan ini ke dinas cagar budaya yang ada di Trowulan, Mojokerto.


Sumber :

https://daerah.sindonews.com/read/511850/704/struktur-bata-merah-kuno-gegerkan-di-sidoarjo-diduga-dari-zaman-kerajaan-jenggolo-1629043705